Hujan, Kopi, Cinta & Keanehan Manusia Modern

 

 





Penghujan di pertengahan Oktober yang basah, cukup membekukan langit kota sore ini. Trotoar jalan kedinginan minta pelukan, alas-alas kaki pejalan yang ingin cepat sampai di  rumah hangat sang majikan, juga jutaan rintik air yang jatuh dan menjadi genangan. 

Mereka semua cukup membuat suasana hening sejenak. Udara yang lembab dengan sopan menerobos rongga-rongga hidung. Belum lagi bau petrikor yang menguap dari tanah basah, diterima oleh saraf sensorik indera penciumanku kemudian dibawa oleh saraf motorik menuju ke otak, lalu disana mengaktifkan banyak sekali perasaan, kenangan, dan gambaran-gambaran peristiwa lampau yang... ahh sialan haha

Hujan memang selalu punya caranya sendiri untuk menerobos dinding ingatan. lalu ia menayangkannya kembali seperti sebuah film dokumenter. Tidak peduli seberapa lama dan seberapa kerasnya kita berusaha mengubur ingatan itu dalam-dalam. Tapi, dengan begitu mudah dan singkatnya ia bisa  muncul begitu saja. 

"Oke... finish! tinggal gue kirim email ke Pimred" 
Tiba-tiba lamunanku tersadarkan oleh suara Lara.

"Udah kelar aja anak ini ngerilisnya" 
Sahut Rendra, dengan mata yang tidak berpaling dari laptop miliknya, dia juga sedang membuat rilis berita

"Iyalah, gue mah kalo ngerjain fokus jadinya cepet, gak kaya Lo orang berdua kebanyakan bengong haha"
jawab Lara sekenanya sembari meneguk kopi yang sudah sedikit dingin miliknya 

"Dika aja kali yang banyak bengong, gua mah fokus cuman agak lama karena harus ngeringkas banyak aja materi dari narasumber" Sahut Rendra membela diri

Aku hanya melontarkan seutas senyum tipis kepada mereka berdua, yang sedang asik mengejekku.

Lara Ningrum dan Narendra mereka adalah rekan kerjaku sebagai jurnalis di sebuah surat kabar milik swasta di kota ini. Kami berteman sudah sejak dari Kuliah. Walaupun berasal dari kampus yang berbeda tapi kami bertemu di sebuah Aliansi Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Provinsi. 

Narendra seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika disebuah kampus swasta yang cukup ternama, orang dengan pembawaan yang kalem, Humoris, dan sedikit religius jika dibandingkan dengan aku dan Lara. 

Sedangkan Lara Ningrum dulu adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu kampus negri di kota ini. Sewaktu kuliah dia termasuk mahasiswa aktivis yang mengikuti organisasi ini dan itu. Pembawaannya manis, namun, jika baru pertama kali kenal terkesan sinis.

Langit sudah lumayan cerah, mendung yang sedari tadi menyelimuti kota, sudah tak begitu tampak.
Namun, masih ada sisa rintik-rintik air yang terbang bersama angin. Cukup melembabkan udara sore ini di beranda rumahku. Kami bertiga memang sering sekali mengerjakan deadline berita di rumah ku. Lara pernah bilang kalau dia suka dengan suasananya, beranda rumahku tidak terlalu besar, disebelahnya ada taman yang rindang, sejuk, dan banyak sekali mawar.

Lara mengulurkan tangannya keluar sembari mendongakkan kepalanya ke langit 
"Udah reda sih, cuman udaranya masih basah" ucapnya dengan pandangan yang belum beralih dari langit

"Santai aja lah, emang mau kemana sih Ra?" Tanyaku penasaran 

"Pengen balik cepet aja gue, capek!" 

Meja bergetar sebelum terdengar nada dering salah satu handphone yang ada diatasnya. Ternyata milik Rendra yang berbunyi, Dia langsung mengangkatnya setelah menatap sejenak layar untuk melihat siapa yang menelepon.

"Hallo kamu dimana?" Terdengar lirih suara perempuan dari telepon
"Dirumah temen lagi nyelesaiin kerjaan, kenapa Nan?
"Kamu lupa ya? ini tanggal berapa? jam 5 ini kan kita ada janji" terdengar intonasi suara dibalik telpon agak meninggi

"Ya ampun, maaf sayang aku bener-bener lupa" sahut Rendra dengan nada bersalah, tangannya sembari menumpu kening

"Bukan lupa tapi kebiasaan kamu ini! Kalau emang udah ga sayang lagi sama aku bilang aja, sampe hari spesial kita aja kamu lupa"

"Kamu ini ngomong apasih? aku beneran lupa, gak ada hubungannya sama udah gak sayang kamu"

"Udah ya, aku capek! oiya kemarin ada pesan masuk di Instagram kamu dari Rani, mantan kamu itu!"

"Aku jarang buka instagram, kan kamu yang pegang akun ku?"

"Kalian berdua sering chatan di WhattsApp juga, mana aku tahu?" 

tuuttttttttt....... Sambungan telpon sudah putus sebelum Rendra menjawab rentetan pertanyaan dari Kinan kekasihnya yang barusan menelepon itu.

Narendra hanya mengamati layar handphone androidnya, suasana hening sejenak

"Kenapa sih cewek itu selalu seribet itu?" Ucap Dika tiba-tiba memecah hening suasana 

"Gak cuman cewek, semua orang berpotensi berlaku seperti itu kepada pasangannya" Sahut Lara singkat

"Tau Iyan? mantan gue dulu sewaktu kuliah, Kalian masih inget kan gimana perlakuan dia? Lebih parah posesifnya"
Imbuh lara 

"Iya, dulu gue pernah di telpon dimaki-maki cuman karena chat elo ngajakin rapat Aliansi" sahut Dika 

"Iya dan sampai akhirnya gue ngeliat dia main gila sama cewe lain dibelakang gue haha" Ucap Lara sembari menggelengkan kepala

"Kenapa sih relasi cinta itu seribet ini?" tanya Rendra 

"Bukan relasi cintanya yang ribet, manusianya aja yang belum tahu cara mencintai, tapi udah berani bangun relasi cinta dan alhasil ya begini, cinta itu akan merumitkan orang yang dicintai bahkan dirinya sendiri" Jawab Lara

"Maksud lo Ra?" sahut Dika belum mengerti 

"Gini deh kita pernah mikir gak sih kalau cinta itu sesuatu yang perlu dipelajari? karena setau gue selama ini kita cuman sibuk nyari orang yang menurut kita pantes untuk kita cintai. Kita cuman sibuk nyari objek bagus buat kita cintai tapi kita gak pernah belajar bagaimana cara mencintai yang bagus"

"Analoginya gini deh, kalo kita pengen nulis berita. Kita belajar nulis berita dulu apa langsung nyari topik yang bagus dulu buat dijadiin berita?"

"Belajar dulu lah, karena sebagus apapun bahan berita kalo kita gak bisa nulis berita ya gak bakal jadi berita" Sahut Rendra 

"Cerdas!" celetuk Lara sembari menjentikkan jarinya

"Jadi, maksud lo kita kudu belajar cinta? Maksud gue belajar mencintai gitu Ra?" tanya Dika lagi makin penasaran 

"Ya kurang lebih begitu, setidaknya biar cinta kita itu gak nyusahin diri kita sendiri apalagi orang yang kita cintai"

"Gue udah paling susah nih, kalo Kinan udah marah sama gue soal cemburu. Lagian ngapain sih mantan gue itu pake DM gue segala, sialan!" Gerutu Rendra

"Soal urusan cinta menurut gue manusia modern itu aneh. Kita ini aneh! Cinta itu sesuatu yang bebas bahkan lebih bebas dari kebebasan itu sendiri. Tapi, kita malah jadikan cinta sebuah pengikat, sebuah penjara. Pantes aja bikin ribet dan banyak masalah haha" Sahut Lara

"Bukan soal penjara atau mengikat Ra, cemburu kepasangan itu wajar lah. Bayangin aja sesuatu milik kita terancam akan dimiliki orang lain? siapa yang terima sih?" Dika mencoba menjelaskan

"Kalau begitu apa bedanya cinta dengan model ekonomi kapitalis? dimana kaum Borjuis menguasai alat produksi dan mengeksploitasi kaum proletar sehingga terciptalah kondisi yang disebut alienasi" Lara mencoba menanggapi

"Kita kan emang lagi hidup di zaman dimana kapitalisme berkembang pesat Ra" Jawab Rendra 

"Berarti bener kan cinta yang dimaksud manusia modern hari ini, adalah cinta yang sudah disusupi oleh gaya kapitalistik? Dalam relasi cinta seperti ini, sepasang kekasih berusaha saling mendominasi dan mengeksploitasi. Sebab, terdapat prinsip kepemilikan disana. Persis gaya kepemilikan kapitalis haha" Lara mencoba melanjutkan penjelasannya 

"Jadi menurut lo gak wajar seseorang cemburu dan takut kekasihnya diambil orang lain Ra?" 

"Gini ya Ndra, kalo bicara soal wajar atau engga, itu tergantung seberapa banyak orang yang melakukan itu dalam sebuah masyarakat dan hari ini mungkin cemburu menjadi hal yang sangat wajar, karena mayoritas orang melakukan hal itu. Tapi, apakah kita sudah mengkaji ulang bahwa apa yang kita lakukan itu sudah benar? Atau sesuatu itu kita anggap benar hanya karena dilakukan oleh banyak orang lalu, kita ikut melakukannya juga?" Tanya Lara

"Belum lagi soal rasa kepemilikan, Cemburu itu dasar pondasinya rasa memiliki, dan menurut gue sesuatu yang bisa dimiliki itu cuman barang bukan manusia. Jika, kita merasa memiliki seutuhnya pasangan kita, berarti sama halnya dong kita sudah mengobjektifikasi dia? Kita menganggap dia sebuah barang yang bisa kita miliki, kita tidak lagi memandang dia sebagai Subjek seorang manusia yang utuh dengan segenap pikiran dan perasaan yang dia miliki" Imbuhnya lagi

"Wah, serius sekali ngobrolnya lagi bahas apa sih?" Goda perempuan paruh baya yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah, sembari meletakkan beberapa mangkuk bubur hangat di meja.

"Ayo! sambil dimakan buburnya" Ucapnya lagi sembari melontarkan senyum manis.

"Iya makasih Tante, jadi ngerepotin hehe" Jawab Lara 

"Kita emang sering ngerepotin disini kali Ra" Sahut Rendra sembari matanya melirik Lara

"Iya juga ya hehehee" ujar Lara sembari terkekeh

Punggung perempuan paruh baya itu menghilang dibalik pintu 

"Jadi, terus gimana Ra?" 

"Terus apanya? haha"

"Ya lanjutin kan tadi lo lagi jelasin soal kapitalis, eh apa tadi?"
Ucap Rendra pura-pura lupa bermaksud agar Lara meluruskannya

"Wah, kuliah dua SKS dulu  ini sama gue klo mau dilanjutin wkwk" 

"Kebiasaan ini anak ketawa terus padahal gak ada yang lucu" Celetuk Dika sembari menyantap bubur ayam yang masih hangat

"Iyadeh iyaa gue lanjutin, dengerin ya teman-teman" Ucapnya sok mengajari dengan nada sedikit mengejek

"Balik lagi, kalo bahas soal cemburu. Cemburu itu dasar pondasinya adalah rasa kepemilikan pribadi"

"Dalam relasi cinta cemburu itu tidak akan membuat seorang pecinta itu berkembang lebih baik, karena cemburu itu bisa menciptakan situasi alienasi atau keterasingan dalam sebuah hubungan"

"Rasa cemburu yang berlebihan bisa membuat sepasang kekasih akan saling terasingkan dari cintanya itu sendiri. Sebab, yang mereka rasakan dalam sebuah relasi hanyalah ketakutan, kecemburuan, iri terhadap orang lain. Mereka sukar merasakan cinta karena telah tertutupi oleh semua hal itu"

"Tapi Ra, pernah denger gak sih? kalo manusia itu tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan yang mendasari. Menurut gue bukan cuman rasa kepemilikan pribadi aja sih yang mendasari rasa cemburu. Pasti ada hal lain, apa geh?" Dika menanggapi

Lara yang masih terdiam menatap ke arah taman dengan mata penuh tanya, tangannya sembari mengaduk-aduk bubur miliknya dan meniupnya beberapa kali 

"Kalo kata Kinan, beberapa kali dia bilang ke gue kalo dia takut patah hati lagi, dia takut disakitin sama laki-laki lagi. Dia pernah punya trauma akan hal itu sih jadi, wajar menurut gue kalo dia berlebihan banget cemburunya" Narendra coba menjawab dengan pengalaman pribadinya

"Dari contoh kasus itu gue bisa ngambil kesimpulan sih. Berarti secara universalnya, kita takut gagal dan sakit dalam relasi cinta. Patah hati dan kegagalan masih jadi momok besar yang dihindari bahkan ditolak oleh manusia modern" Sahut Lara 

"Hari ini siapa sih Ra yang mau relasi cintanya gagal dan patah hati? Tanya Dika 

"Ya kalo ditanya siapa yang mau pasti gaakan ada yang mau Dik, tapi kita perlu menyadari dan mengiyakan bahwasannya Patah hati dan gagal itu adalah salah satu konsekuensi ketika Lo udah mutusin buat jatuh cinta. Kita gak bisa nolak."

"Ini keanehan selanjutnya dari manusia modern. Mau jatuh cinta tapi gamau patah hati, sama aja kaya naik pesawat tapi gamau terjadi turbulensi, naik motor tapi gamau kalo jatuh. Tapi, anehnya lagi kita menikmati sekali kisah-kisah cinta yang gagal dan menyakitkan manusia zaman dulu. Misal kisah Romeo dan Juliet, Hayati dan Hasanuddin padahal itukan kisah-kisah cinta yang tragedi menyedihkan dan gue yakin deh kita yang menikmati dan suka menonton atau membacanya pasti tidak akan mau jika hal itu terjadi pada relasi cinta kita sendiri, aneh ga sih?" 

"Bener sih, tapi menurut gue kisah-kisah cinta yang menyedihkan dan berakhir dengan tragedi malah lebih eksis dan apik untuk dikenang sepanjang masa Ra, bayangin kisah Romeo dan Juliete itu udah berapa ratus tahun yang lalu kan." Imbuh Dika

"Ya karena itu, mau gak mau kita harus mengiyakan bahwa yang disebut cinta itu kumpulan dari rasa sakit dan bahagia, keberanian sekaligus ketakutan, keindahan dan kehancuran. Cinta adalah kombinasi dari kesemunya itu, bukan cinta namanya kalo cuman seneng aja atau sedih aja." Kata Lara

"Kalo mengiyakan sih mungkin iya Ra, tapi mungkin lebih kepada ketidakmampuan kita menerima kegagalan dan kesedihan itu sendiri. Ketika ia benar-benar menghampiri." Sanggah Rendra

"Solusinya untuk meminimalisir ketidaksiapan itu mungkin kita bisa menyiapkannya dari jauh-jauh hari Ndra. Jadi, ketika sedang jatuh cinta dan bahagia kita harus ingat juga bahwa kita akan patah hati dan menyedihkan."

"Buat antitesis setiap kalimat yang membuatmu bahagia dan jatuh cinta : Ketika kamu percaya saat kekasihmu berkata dia mencintaimu berarti kamu harus percaya juga bahwa dia tidak mencintaimu, jika dia bilang akan terus bersamamu, kamu harus percaya bahwa dia akan pergi meninggalkanmu, Jika dia bilang hanya mencintaimu percayalah juga bahwa dia bisa mencintai siapa saja selain kamu. Begitu dan seterusnya" 

"Jadi ketika antitesis itu benar terjadi setidaknya kita sudah sedikit siap, jadi gak kaget-kaget amat gitu lho." Jelas Lara sedikit menawarkan solusi 

"Terussss gimana cara mengatasi atau meminimalisir cemburu dalam sebuah relasi cinta buk haha?" tanya Rendra sedikit mengejek 

"Sialan serius gue ini" Sahut Lara

"Iya gue juga serius nanya yeeee...."

"Cemburu ya? emmm bentar"
"Kalo buat meminimalisir cemburu, yaudah si sadari aja kalo sepasang kekasih itu dua orang yang bersatu tapi tetap dua, kita harus rasional dan menerima dengan lapang, bahwa kita dan pasangan adalah dua manusia dengan tempramen, perasaan dan emosi yang berbeda. Kita berdua adalah kosmos, alam semesta kecil dalam dirinya sendiri, tenggelam dalam pemikiran dan gagasannya sendiri."

"Jadi, sedemikian rupa kita coba mengatur pasangan agar sesuai dengan apa yang kita inginkan itu gak bisa. Mengatur dia untuk berlaku begini begitu, mengatur dia untuk terus menyukai kita, itu semua gak bisa. Karena dalam sebuah relasi cinta, pasangan kita itu suatu hal yang tidak bisa kita kendalikan"

"Lalu, apa yang bisa kita kendalikan ketika hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan itu terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita mau? Kita maksimalkan saja hal apa yang kita bisa kendalikan. Misal, kita maksimalkan saja mencintai dia dengan baik, membuatnya nyaman dengan tidak berusaha mengekang dan mengatur dirinya sedemikian rupa seperti apa yang kita mau. Tapi, perkara dia berlaku sama atau sebaliknya dari perlakuanmu terhadapnya itu terserah dia. Sudah bukan kendalimu, gak usah dipikirin sebab itu bergantung kepada dirinya dan mau gak mau kita harus menerima."

"Misal, hari ini kekasihmu mencintaimu dan esok dia mencintai yang lain, yasudah biarkan dia melakukan apa yang dia mau. Jangan takut kamu tidak akan pernah kehilangan cinta, kamu hanya sedang kehilangan salah satu objek yang kamu cintai."

"Masalah sakit hati atau hancur yasudah nikmati saja, kan sedari awal kita sudah mengetahui konsekuensi itu. Ndak ada orang yang bisa lari dari patah hati dan katakan saja pada dirimu : Selamat kamu sedang menikmati cinta dari sisi yang sedih dan menyakitkan, nikmati patah hati sama seperti kamu menikmati jatuh hati hahaha" 

"Ribet ya Ra wkwkk tapi okeelahh bisa dicoba" Respon Narendra

"Eh, gimana kalo kita gak cemburu sama pasangan, kita bakal dikirain gak sayang gimana Ra?" Tanyanya 

"Ya gampang tinggal bilang aja aku ini sedang memberimu cinta tingkat tinggi. yaitu cintaku tak teracuni oleh rasa ingin memiliki dan justru aku sangat menyayangimu aku tak ingin sayang ku ini membuatmu tidak bebas haha"

"Enak ya lo Ra sedikit banyak udah tahu solusi keribetan dalam dunia percintaan manusia modern yang merepotkan ini haha" Imbuh Rendra 

"Gak gitu juga woy, ga semudah itu nerapin konsepannya haha" 
"Klo udah bisa nerapin mah gue udah berani punya pacar lagi, belum siap aja gue jadi pelaku atau korban yang merenggut atau direnggut kebebasannya takut dzolim wkwk"

"Iya juga Ra, lo jomblo tapi sok ngajarin Rendra cara pacaran huuu" Ejek Dika

"Sialann pelatih gak perlu ikutan main kan woy  haha" Sahut Lara renyah 









"Terima kasih sudah membaca, tulisan ini bertujuan untuk meredakan sedikit riuh isi kepala penulisnya dan beberapa orang menulis untuk menampar dirinya sendiri"


-Bunga








Sumber gambar : Psychedelicpicture





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Cinta Menurut Plato

Analogi Cermin Imam Al Ghazali

Benarkah Per(empu)an Tercipta dari Tulang Rusuk yang Bengkok?