Benarkah Per(empu)an Tercipta dari Tulang Rusuk yang Bengkok?

Ilustrasi: Arab Women is a painting by Aeich Thimer








Berawal dari kisah Adam dan Hawa yang mengisahkan awal mula penciptaan manusia, kisah mereka tertulis di Kitab suci Yahudi, Alkitab dan Al-Qur`an. Jika didalam Al-Qur`an terdapat cerita Adam dan Hawa namun, tidak ada ayat yang secara tertulis mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Namun, penciptaan manusia dijelaskan dalam  (QS. Al-Baqarah ayat 30-33). Allah berfirman bahwa akan menciptakan khalifah di muka bumi. 

Sedangkan ungkapan Hawa Tercipta dari tulang rusuk Adam, itu ada dalam kitab Tanakh (kitab suci yahudi) dan Alkitab  (kitab suci Kristen) termuat pada (Kitab Kejadian II pasal 21-22). Alkitab menyebutkan bahwa : “Disaat Adam tertidur, Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan seorang manusia berjenis kelamin perempuan, Adam menamai perempuan itu Hawa.”

Sedangkan ungkapan Perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok terdapat dalam salah satu hadist yang berbunyi : “Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.” (HR. Bukhari, Muslim, dan at Tarmidzi melalui Abu Hurairah).  

Ulama terdahulu memahami hadist ini secara harfiah (Memahami hanya secara tekstual), namun tidak sedikit ulama kontemporer yang memahami hadist ini secara metaforis (Lebih melihat kepada konteks dan menggunakan logika)

Tafsir ulama terdahulu dalam memahami ungkapan “Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok.” Menggunakan pemahaman secara harfiah yang artinya bahwa itu adalah makna yang menggambarkan sifat perempuan. Yaitu “kebengkokan” oleh karena itu perlu diluruskan oleh suami atau wali laki-laki mereka.

Disini perempuan dipandang layaknya tulang rusuk yang bengkok, sehingga laki-laki lah yang bertugas meluruskan perempuan. “kebengkokan” dipahami sebagai sesuatu yang kurang benar atau tidak lurus, sehingga perempuan perlu dibenarkan dan diluruskan lagi oleh laki-laki. 

Sangat wajar jika para ulama zaman dulu menafsirkan hadist tersebut terdengar sangat misogini atau tidak ramah terhadap perempuan. Sebab, kita tahu bagaimana dunia masa lalu memperlakukan perempuan dengan sangat tidak manusiawi, perempuan tidak mendapatkan perlakuan yang layak, didiskriminasi, dan disubordinasi oleh laki-laki. 

Bahkan di Arab pada zaman dulu sebelum Nabi saw datang, perempuan sulit untuk memperoleh hak untuk hidup, jika ada bayi perempuan lahir langsung dibunuh, perempuan seperti barang yang bisa dimiliki dan dijual oleh laki-laki, laki-laki bisa mengawini sebanyak-banyaknnya perempuan. 

Para Filsuf Yunani Kuno seperti Plato, Aristoteles dan Sokrates juga menganggap bahwa perempuan tidak bisa menggunakan Rasionnya dengan baik seperti laki-laki. Mereka juga masih mempertanyakan bahwa jiwa perempuan itu digolongkan kedalam jiwa binatang atau manusia.

Penindasan terhadap perempuan memiliki akar yang  dalam sejak zaman dahulu, sehingga hal itu juga mempengaruhi pola pikir manusia pada zaman itu, termasuk pada pemikiran-pemikirannya. 

Sedangkan jika dibandingkan dengan penafsiran ulama-ulama kontemporer,  yang memahami ini tidak hanya membaca teks saja, melainkan memahaminya lebih dalam secara kontekstual dan menggunakan logika.

Mengartikan bahwa maksud dari hadist itu adalah untuk memperingatkan laki-laki, agar bijaksana dalam menghadapi perempuan karena ada sifat-sifat dan kecenderungan mereka yang berbeda dengan laki-laki. 

Yang bila tidak disadari hal itu akan mengantarkan laki-laki berbuat sesuatu yang tidak wajar. Siapapun tidak akan mampu mengubah kodrat, termasuk kodrat perempuan. Jadi, apabila ada yang memaksakan perubahan itu maka akibatnya akan fatal sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. 

Jadi, kita jangan menganggap makna “bengkok” disini melecehkan perempuan. Hal itu hanya sebuah ilustrasi yang digunakan oleh Nabi saw. Terhadap presepsi yang keliru dari sebagian laki-laki menyangkut sifat perempuan, sehingga para lelaki itu memaksakan untuk meluruskannya. 

Ungkapan “Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok.” sangat familiar dan melekat erat pada benak masyarakat kita, namun yang disayangkan adalah  masyarakat kita pada umumnya masih terpengaruh oleh penafsiran ulama masa lalu.

Yang kemudian mereka mengartikan bahwa perempuan sejak awal penciptaannya adalah dari sebuah tulang rusuk yang bengkok, dan laki-lakilah yang bisa meluruskannya. Disini tersurat makna bahwa, perempuan itu tidak jauh lebih baik dari laki-laki. 

Penafsiran seperti yang dipahami oleh ulama zaman dulu terhadap ungkapan  “Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok.” menjadi masalah karena ungkapan itu tidak berhenti pada sebuah ungkapan saja. 
Tetapi ungkapan tersebut memberi pengaruh besar kepada pola pikir masyarakat dan akan mempengaruhi perilakunya. 

Banyak dari masyarakat kita yang menjadikan itu dalil pembenaran, untuk mengatakan bahwa perempuan memang mahluk kelas dua setelah laki-laki, perempuan harus selalu menurut dengan apa yang diperintahkan laki-laki walaupun tidak semuanya itu baik. 

Padahalkan tidak demikian, perempuan dan laki-laki itu levelnya sejajar dimata Allah swt. Yang membedakan hanyalah ketaqwaannya seperti yang tertulis dalam (QS. Al-Hujarat ayat 13). Kalaupun secara fisik maupun psikologi mereka ada beberapa perbedaan, hal itu bukan menjadi alasan pembenaran, untuk yang satu merasa lebih unggul atau lebih rendah dari yang lain. 

Sebab, kita harus menekankan bahwa lelaki adalah lelaki dengan sifat, keistimewaan, dan kekurangannya demikian juga dengan perempuan. Mereka berdua harus menyatu dan bekerjasama dalam membangun masyarakat, sebagaimana tugasnya menjadi khalifah Allah swt dimuka bumi.



Coretan seorang perempuan yang masih dalam proses belajar dalam penulisan
Maaf jika masih banyak kesalahan dan terkesan asal-asalan
Namun untuk saat ini, inilah hal kecil yang paling mungkin bisa saya lakukan untuk bersuara 
Demi terciptannya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tabik !



Referensi :

M. Quraish Shihab. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati. 2018.

https://www.wikiwand.com/id/Adam 






 
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Cinta Menurut Plato

Analogi Cermin Imam Al Ghazali