Filsafat Cinta Menurut Plato

Sumber gambar : www.borromeoseminary.org



Jauh sebelum generasi milenial mengenal istilah "Bucin" ratusan abad yang lalu Plato sudah menuliskanya dengan istilah Cinta "Aprodhite Pandemus" di dalam buku Symposium lengkap dengan bagaimana cara mempelajari cinta agar kita tidak menjadi budaknya.

Plato (427-347 SM) merupakan salah satu filsuf pada masa keemasan filsafat Yunani Kuno yang terlahir di Atena dan meninggal di Atena pula pada usia 80 tahun. Berguru kepada Sokrates sejak ia berumur 20 tahun, ia menjadi murid Sokrates yang setia sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi pujaannya.

Pada tulisan yang masih banyak kekurangan ini akan membahas sedikit pemikiran filsafat cinta dari Plato, dalam buku Symposium Plato banyak membahas tentang Hakikat Eros, Cinta dan Manusia. Plato membagi cinta dalam tiga jenis : Eros adalah cinta jasmaniah cinta paling dasar dimana cinta ini hanya pada ketertarikan fisik, hasrat ingin memiliki dan mencari objek keindahan untuk memperoleh kepuasan. Orientasi tertingginya adalah sex.

Kemudian ada Cinta Philia atau cinta persahabatan adalah cinta yang didorong oleh ketulusan hati semata-mata demi kesenangan orang lain, cinta ini tidak memandang jenis kelamin. Yang terakhir ada Cinta Agape atau cinta ketuhanan merupakan level cinta paling tinggi cinta yang bukan hanya ketertarikan fisik, tidak ada hasrat sexual dan hasrat ingin memiliki. 

Plato juga mengatakan bahwa Cinta adalah Kegilaan (Devine Madness) dan orang yang sedang jatuh cinta adalah orang gila. Kegilaan ada dua jenis : pertama kegilaan karena sakit jiwa, adalah orang yang memang terganggu kondisi kejiwaanya sering kita jumpai di rumah sakit jiwa atau di jalan, yang kedua ada kegilaan ilahiah adalah kegilaan yang membuat seseorang berbeda dari perilaku orang dalam keseharian yang dianggap normal. 

Kegilaan ilahiah ini ada banyak macam beberapa contohnya seperti seorang sastrawan dia adalah orang gila sebab dalam menulis puisi misalnya, dia harus berfikir dan berperilaku berbeda dengan orang kebanyakan (normal). Sebab jika dia sama dengan orang kebanyakan tidak akan ada yang menarik dalam puisinya atau karya sastranya. 

Kemudian seseorang yang sedang jatuh cinta juga termasuk orang gila dalam kategori kegilaan ilahiah ini, sering orang yang jatuh cinta berbuat sesuatu yang di luar normal misal karena begitu cintanya dia dengan seseorang maka dia rela melakukan apa saja bahkan tidak sedikit orang yang memilih bunuh diri sebab ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. 

Kemudian Plato juga menuliskan bahwa cinta bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dalam hidupnya namun juga sebaliknya cinta dapat membuat seseorang menjadi lebih buruk dan berdampak negatif bagi dirinya juga bagi orang yang dicintainya. 
Ada dua jenis cinta yang dapat membangun dan merusak manusia yang pertama Aprodhite Pandemus adalah cinta yang berdampak buruk lalu yang kedua Aprodhite Urania adalah cinta yang bisa membuatmu lebih baik. 

Aprodhite Pandemus (Cinta erotik)
- Fokusnya adalah kesenangan jasmaniah mencari yang indah untuk mencari kesenangan fisik. Cinta ini paling dasar dan tidak boleh berhenti ditahap ini.
- Jika berhenti ditahap ini cinta akan menjadi racun dan bisa merusak keduanya. 

Ciri-cirinya adalah : 
- Seseorang akan menjadi korban perasaanya sendiri

- Orang ini menjadi budak kesenangan orang yang mencintai maupun yang dicintainya

- Orang ini akan patuh dan sesuai apa mau orang yang dicintainya

- Mengalahkan keinginanya sendiri demi orang yang dicintainya dan pecinta ini akan mengabaikan kebaikan yang lain seperti : keluarga, persahabatan, orang tua dll. 

Aprodhite Urania : 
- Cinta yang sudah naik kelas
- Bukan lagi cinta fisik tapi sudah melihat ruhani 
- Cinta yang mencerdaskan (Ex : dengan kamu punya pacar kamu lebih rajin baca buku) 

Kemudian dari Aprodhite Urania munculah istilah Platonic Love yaitu :
- Cinta yang tanpa hasrat jasmaniah
- Tidak butuh balasan
- Meskipun terpisah secara fisik namun cintanya tetap ada
- Cinta tanpa keterikatan emosional, sebab jika ada keterikatan emosional akan muncul rasa takut kehilangan, lahir harapan-harapan dan harapan itulah sumber dari segala kekecewaan dan kesedihan.

Jadi teringat katanya Ali bin Abi Thalib "Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia".

- Cinta dengan keterikatan emosional bisa membuat keduanya bodoh, sekalipun nanti sukses menikah kata Plato akan lebih baik tetap tidak ada keterikatan emosional. Sebab di dunia ini semua jenis iktan pada akhirnya akan berpisah juga.  Jika tidak karena cinta yang lain ya berpisah karena kematian. 

Dari penjelasan dua jenis cinta diatas, bisa disimpulkan bahwa Cinta yang merusak atau Aprodhite Pandemus itu bisa kita lawan atau bisa kita ubah dan bisa kita naikkan levelnya menjadi cinta Aprodhite Urania atau cinta yang membawa kita pada kebaikan. Setelah membaca tulisan ini setidaknya kita semua bisa mengetahui cinta yang kita jalani selama ini sudah sampai level mana, pada jenis apa dan kita bisa tahu bagaimana cara menaikan level cinta kita agar kualitas hidup kita juga menjadi lebih baik. 




Penulis adalah seorang Mahasiswi Pemikiran Politik Islam UIN Lampung
(Perempuan yang berusaha melampaui batas kultur Keperempuanannya)


Tabik 


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Literasinya dari buku apa saja Kak?

    BalasHapus
  3. Pada halaman berapa saya lupa plato menulis obrolan socrates dengan seorang perempuan. Dia bilang bahwa pada akhirnya jiwa sangat penting dalam cinta. Mengapa bisa demikian?

    BalasHapus
  4. Sangat suka dengan tulisan mu.
    Sukses selalu

    BalasHapus
  5. Mantap sekali. Salam IAIN dari Cirebon. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analogi Cermin Imam Al Ghazali

Benarkah Per(empu)an Tercipta dari Tulang Rusuk yang Bengkok?