Hiduplah Kinasih

Sumber gambar : brilio.net




Meski tidak semua yang hidup ini menghidupi tapi bukan berarti engkau harus mati. Bangkit dan hidupalah Kinasih! Seperti sebelumnya. Kemana bara apimu yang mematikan itu? Kemana semangat hidupmu yang menghidupi orang lain terutama untuk kaum mu? Aku tahu kamu bukan mahluk lemah yang semangatnya mudah goyah dan bara apinya mudah redup.

Walaupun juga aku tahu badai yang menerpamu itu tidak kecil, aku tahu tamparan-tamparan realitas yang menderamu tidak mudah begitu saja kau lupakan sakitnya. Tapi mau sampai kapan? Kamu larut terbawa rasa sakit, kamu terlena dengan amarah-amarahmu untuk dirimu sendiri? Sampai kapan kinasih?

Pada akhirnya kamu harus coba memaafkan dirimu sendiri, kamu harus kembali.
Mulai dari hari ini kamu harus berhenti mengutuk dirimu sendiri, berhenti menyalahkan apa yang pernah kamu lakukan, perjuangan-perjuangan yang menurutmu itu sia-sia lalu kamu malu pada dirimu sendiri. Ketahuilah Kinasih jalan perjuanganmu selama ini sudah benar, kamu tidak bisa mengatakan itu salah hanya karena jalan itu gagal.

Meskipun aku juga tahu, segala sesuatu yang sudah kau berikan, segenap jiwa, raga, waktu bahkan hidupmu semua kau tumpahkan disana dan aku juga tahu bahwa, badai ini yang pada akhirnya mampu menumbangkan segala semangatmu, mampu memadamkan segala bara apimu ini bukanlah badai yang pertama. Ketika datang badai yang pertama kau tidak menghiraukan juga tidak kau selesaikan namun, kau malah mencoba melupakan, begitupun dengan badai-badai yang berikutnya.

Sampai datang yang terakhir karena sudah banyak tumpukan-tumpukan luka yang disebabkan oleh badai-badai sebelumnya, di dalam alam bawah sadarmu. Hingga pada titik ini kamu bosan, lelah dan memutuskan untuk menyerah meskipun belum sepenuhnya engkau kalah.

Semua keadaan masih baik-baik saja sebelum realitas terus-terusan menamparmu begitu keras, hingga mengaktifkan satu bagian kecil yang ada di dalam kepalamu bernama amygdala. Semakin hari semakin kau cemas, kacau tidak menentu sebab amygdala itu sudah aktif namun aktifnya karena dipicu ingatan-ingatan negatif, tentang luka, kepedihan dan air mata yang selama ini kau tahan mereka untuk keluar.

Karena selama ini kamu paksa dirimu untuk menjadi manusia paling kuat dengan alasan untuk mengajak orang lain kuat dirimu sendiri dulu harus menjadi kuat, yang tidak mempedulikan luka bahkan air mata.

Ini tidak bisa terus-terusan kau biarkan Kinasih
Hari ini kau sedang sakit, dan yang bisa menyembuhkanmu adalah dirimu sendiri. Karena terlalu banyak luka-luka jiwa, hingga kamu bingung mana diantara mereka yang menjadi sumber kecemasanmu.

Maka dari itu kamu harus bertanya pada alam bawah sadarmu, mana diantara mereka yang masih memancarkan darah. Hingga kemudian itulah yang harus kau obati, itulah luka yang harus kau maafkan agar jiwamu kembali tenang.

Sembuhlah Kinasih!
Yang sakit memang dalam dirimu, hanya kamu yang tahu tapi kemudian mengapa aku menyarankan hal ini harus segera disembuhkan karena, hal ini berdampak pada apa yang ada diluar dirimu yang berhubungan dengan orang banyak terbengkalai, bermasalah hanya karena permasalahan kompleksitas isi kepalamu.

Kau berdosa Kinasih! Kau sedang melakukan tindakan yang tidak manusiawi. Kau sudah mengumpulkan orang-orang untuk berjuang, untuk menjadi tangguh, untuk menjadi manusia. Tapi apa yang terjadi hari ini? Kau malah membiarkan dirimu larut dalam luka.

Sekali lagi aku mencoba memahamimu Kinasih
Aku tahu betul apa yang kau rasakan, sampai kapanpun bahasa tidak akan pernah benar-benar mampu menceritakan rasa. Itulah kelemahanya, orang lain mungkin tahu bahwa kau sedang sakit, sedang ada hal yang menamparmu.

Tapi yang bisa mereka lihat hanyalah hal remeh temeh, yang mampu mereka tangkap hanya dengan panca indera, selebihnya tidak ada. Aku sangat mengerti presepsi-presepsi orang tentang dirimu yang kemudian membuat dirimu kerdil dan menambah masalah mental baru untukmu.

Dengan narasi
" Oh, cuman karena hal ini dia menyerah? "
Pemahaman-pemahaman mereka yang menganggap bahwa masalahmu hanyalah berorientasi hal-hal yang pragmatis. Hingga kemudian suatu hari ada seorang dari mereka yang menawarimu solusi, dan itu orientasinya pragmatis juga. Karena sepemahaman mereka permasalahanmu hanyalah seputaran hal-hal pragmatis yang sangat remeh temeh.

Mereka tidak bisa mencium permasalahan yang jauh lebih dalam hingga ke dasar, yang lebih bersinggungan dengan hal-hal yang idealis. Lalu respon dari mereka ini yang kemudian juga menambah sakit mentalmu.

Tapi, sekali lagi Kinasih aku beri tahu
Semua hal diatas tetap tidak pantas untuk kau jadikan alasan untuk menyerah, untuk menurunkan semangat lalu memadamkan bara apimu yang mematikan itu. Kau harus tetap hidup dan menghidupi orang lain. Masih banyak tanggung jawab kemanusiaan yang kau emban, semangatmu harus tetap kau tularkan, bara apimu harus tetap kau sulutkan pada mereka.

Cobalah memaafkan dirimu sendiri Kinasih
Cobalah berterima kasih pada tamparan-tamparan realitas
Bersyukurlah juga pada apa yang telah semesta hadiahkan dalam hidupmu setiap harinya
Baik itu bahagia, luka ataupun air mata.
Karena belum dinamakan hidup jika itu hanya tentang cerita bahagia saja.

Belum dinamakan hidup jika itu hanya tentang air mata dan luka
Tetapi inilah hidup dengan berbagai hadiah bahagia dan kejutan-kejutan dari luka dan air matanya dan
Satu lagi hal yang tidak boleh kau lupakan untuk disyukuri, bahwa segala hal-hal diatas yang menjadi permasalahan dalam hidupmu bukanlah tentang laki-laki. Bersyukurlah kau tetap hebat!


Tulisan ini dari aku jiwa yang terjebak di raga yang sama denganmu Kinasih, sayangnya aku diberkahi kekuatan yang seidikit lebih hingga disaat kau terpuruk seperti ini aku harus hadir dan memberi stimulus api untukmu. Aku mencintaimu Kinasih 
Ayo sama-sama kita bangun raga yang kita tempati ini untuk menjadi raga manusia yang bisa berguna untuk manusia lainya.



Sukarame, 26 November 2019







Komentar

  1. Aku berterimakasih padamu kinasih, karena kisahmu orang-orang akan tahu bahwa tidak mudah melawan perdebatan kepala dan pergolakan jiwa dari diri kita. Tapi apapun itu kita harus mampu kuat harus mampu tabah dan harus tetap menjalani kehidupan kita meski terjal jalannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Cinta Menurut Plato

Analogi Cermin Imam Al Ghazali

Benarkah Per(empu)an Tercipta dari Tulang Rusuk yang Bengkok?